Senin, 31 Maret 2014

S(y)ukuri(n) !

Sekitar dua setengah jam lalu, kereta api ekonomi yang seharusnya mengantarkan saya kembali ke perantauan datang beberapa menit sebelum saya. Alhasil, pasti, saya ditinggal begitu saja. Bahkan petugas tiket saya tangisi, berhubung saya menyadari kalau saya tak lagi anak-anak, saya mencoba mencari tempat duduk dan menenangkan diri. Saya masih belum punya pikiran untuk ikhlas.

Sesaat kemudian saya mencoba bangkit dan mengantre tiket untuk esok pagi. Laa ilaahaillaallaaah, habis! Saya kembali duduk dan menenangkan diri, lagi. Kemudian saya menangis sedikit-sedikit, sembunyi-sembunyi tentunya, dan memutuskan untuk kembali pulang dan merencanakan kembali ke perantauan dengan bus esok subuh.

Semilir angin teman perjalanan pulang mengingatkan saya pada mimpi semalam, tentang saya yang mengejar mobil paman, namun tak sampai. Kemudian, tentang pertanyaan ibu yang mengharapkan saya kembali ke Surabaya hari Selasa. Ya, bu, firasatmu luar biasa!

Di antara suara hati yang mengaum, saya mencoba untuk condong ke manfaatnya. Itung-itung 5500 perak tiket kereta api yang tak terpakai itu adalah biaya ngekos semalam lagi di rumah sendiri. Lagi pula tiga hari ini saya belum sempat mencicipi beras kencur eyang putri.

Sejujurnya, hati ini belum bisa menerima kenyataan. Saya sempatkan Beat putih yang saya namai Jacob nangkring di tempat parkir Indomaret dan menunggu saya keluar membawa dua kerucut es krim Cornetto edisi Taylor Swift, idola saya. Allahu Akbar, kode unik yang saya nanti-nantikan kemunculannya di beberapa bungkus Cornetto akhirnya muncul sekaligus di 2 bungkus kerucut Cornetto yang baru saya beli! Kemudian saya berpikir, kalau saja tadi saya tidak terlambat menjemput kereta, pasti poin saya tetap segitu-gitu saja (baca:dua). Hahaha.

Muncul lah beberapa rencana baru untuk menghabiskan beberapa jam di kampung halaman sebelum esok kembali ke perantauan. Melanjutkan skrip film, menyunting tulisan-tulisan kacau, kuliner nasi goreng, dan jamu gratis eyang putri. Subhanallah, saya syukuri gundahnya terpontang-panting keadaan sore ini. Alhamdulillah, subhanallah :)



Tinggal pilih, syukuri? Atau, sukurin? :)