Minggu, 17 Agustus 2014

Aku Rindu

Sudah berapa lama aku pergi? Sekitar tiga bulan ya. Bagaimana kabarmu? Semalam seseorang yang bahkan belum pernah aku temui mengingatkanku padamu. Tentang bagaimana aku meninggalkanmu dengan alasan yang murah, sangat-murah. Dia sangat mencuri perhatianku, membuatku mencoba mengulang ingatanku bersamamu. Lalu aku tersenyum asimetris dan mencibir diriku sendiri. Begitu bodohnya aku meninggalkan kamu yang sesungguhnya adalah bagian dari diriku. Dia tidak sekedar mencuri perhatianku, seakan-akan menyuruhku kembali padamu. Rasanya berat sekali hingga aku mencoba membagikan ini. Dia membuatku merasa bahwa aku dan kamu tidak akan terpisahkan oleh apapun. Aku ulangi. Apapun. Dia membuatmu menjadi sangat spesial untukku, lagi. Bukan berarti kamu pernah menjadi yang tidak spesial, namun selama ini kamu sedikit tersisihkan dengan aktifitas kampus yang ya, kalian pasti tahu, sibuk. Kuliah, organisasi, dan hobi baru yang sebenarnya sangat dekat denganmu. Entahlah, aku selalu beralasan untuk bercengkerama denganmu. Alah, bertemu atau hanya menatapmu saja aku malas. Siapa dia? Dia yang membuatku terus memikirkanmu, ingin kembali bersamamu, selalu dekat denganmu, dan mungkin hari ini adalah hari terakhir akan kesempatan itu. Siapa dia?

Kamu pasti ingat, ketika Hujan, kamu membuatku bertemu dengannya secara virtual. Dari situ aku mengenalnya, tidak banyak. Lalu pada Detik lain, dia kembali menemuiku dan membuatku lebih dekat dengannya. Kami berbincang-bincang sedikit tentang hal-hal sepertimu di Twitter. Itu membuatku merasa ada orang baru yang sangat mendukung aku dan kamu terus bersama dan aku sangat bahagia. Aku mencoba memanggilnya untuk mencampuri urusanku lagi pada Saturday Morning-ku bersamamu, namun dia tidak terlihat. Aku masih berharap bisa berbagi apapun dengannya, kamu termasuk dan menjadi hal nomor satu yang membuatku dan dia dekat. Aku sangat bahagia saat dia mau membantuku memperbaiki ucapanku yang ingin aku katakan padamu. Aku bahagia dia menjadi temanku, dan membuatku rindu padamu. Sangat rindu. Tidak akan seperti ini jika rinduku hanya biasa-biasa saja.

Kamu dan dia sepertinya bersekongkol agar aku kembali pada dunia yang lumayan lama kutinggalkan, ya kan? Tak apalah, aku bahagia. Tidak pernah kurasakan ini sebelumnya, sebahagia ini. Siapa yang tidak bahagia, seseorang yang pergi dari dunianya yang sebenarnya tidak mungkin ditinggalkan, dan bisa kembali karena satu hal yang biasanya disebut rindu.

Seperti aku merindukan laki-laki yang biasanya di rumah setiap pagi dan mengantarku sekolah.
Seperti aku merindukan laki-laki yang tidak jarang mengajakku berbincang-bincang dengan bahasa Arab dan aku adalah kesayangannya.
Seperti aku merindukan laki-laki yang tidak pernah tidak tersenyum padaku.
Seperti aku merindukan laki-laki yang mau menerimaku karena apa yang ada di dalam diriku.

Seperti itulah aku merindukanmu. Bedanya, empat laki-laki itu jelas sudah pergi dan tidak akan pernah kembali. Namun kamu akan tetap ada meskipun aku lengah dan pergi, kamu pasti hanya menungguku kembali. Lalu ketika aku terlalu bersemangat dengan dunia luar, kamu pasti hanya menugguku kembali. Bahkan ketika aku nanti melupakanmu, kamu pasti hanya menungguku kembali. But now, I’ll make sure that I will never leave you, again. Remind me of this.

Aku rindu.
Dan... aku kembali padamu.

Peluk hangatku, untuk kamu, dia, dan kalian para pembaca.