Sudah
berapa lama aku pergi? Sekitar tiga bulan ya. Bagaimana kabarmu? Semalam
seseorang yang bahkan belum pernah aku temui mengingatkanku padamu. Tentang bagaimana
aku meninggalkanmu dengan alasan yang murah, sangat-murah. Dia sangat mencuri
perhatianku, membuatku mencoba mengulang ingatanku bersamamu. Lalu aku tersenyum
asimetris dan mencibir diriku sendiri. Begitu bodohnya aku meninggalkan kamu
yang sesungguhnya adalah bagian dari diriku. Dia tidak sekedar mencuri
perhatianku, seakan-akan menyuruhku kembali padamu. Rasanya berat sekali hingga
aku mencoba membagikan ini. Dia membuatku merasa bahwa aku dan kamu tidak akan
terpisahkan oleh apapun. Aku ulangi. Apapun. Dia membuatmu menjadi sangat
spesial untukku, lagi. Bukan berarti kamu pernah menjadi yang tidak spesial,
namun selama ini kamu sedikit tersisihkan dengan aktifitas kampus yang ya,
kalian pasti tahu, sibuk. Kuliah, organisasi, dan hobi baru yang sebenarnya sangat
dekat denganmu. Entahlah, aku selalu beralasan untuk bercengkerama denganmu. Alah,
bertemu atau hanya menatapmu saja aku malas. Siapa dia? Dia yang membuatku
terus memikirkanmu, ingin kembali bersamamu, selalu dekat denganmu, dan mungkin
hari ini adalah hari terakhir akan kesempatan itu. Siapa dia?
Kamu
pasti ingat, ketika Hujan, kamu membuatku bertemu dengannya secara virtual. Dari
situ aku mengenalnya, tidak banyak. Lalu pada Detik lain, dia kembali menemuiku
dan membuatku lebih dekat dengannya. Kami berbincang-bincang sedikit tentang
hal-hal sepertimu di Twitter. Itu membuatku merasa ada orang baru yang sangat
mendukung aku dan kamu terus bersama dan aku sangat bahagia. Aku mencoba
memanggilnya untuk mencampuri urusanku lagi pada Saturday Morning-ku bersamamu,
namun dia tidak terlihat. Aku masih berharap bisa berbagi apapun dengannya,
kamu termasuk dan menjadi hal nomor satu yang membuatku dan dia dekat. Aku
sangat bahagia saat dia mau membantuku memperbaiki ucapanku yang ingin aku
katakan padamu. Aku bahagia dia menjadi temanku, dan membuatku rindu padamu. Sangat
rindu. Tidak akan seperti ini jika rinduku hanya biasa-biasa saja.
Kamu
dan dia sepertinya bersekongkol agar aku kembali pada dunia yang lumayan lama
kutinggalkan, ya kan? Tak apalah, aku bahagia. Tidak pernah kurasakan ini
sebelumnya, sebahagia ini. Siapa yang tidak bahagia, seseorang yang pergi dari
dunianya yang sebenarnya tidak mungkin ditinggalkan, dan bisa kembali karena
satu hal yang biasanya disebut rindu.
Seperti
aku merindukan laki-laki yang biasanya di rumah setiap pagi dan mengantarku
sekolah.
Seperti
aku merindukan laki-laki yang tidak jarang mengajakku berbincang-bincang dengan
bahasa Arab dan aku adalah kesayangannya.
Seperti
aku merindukan laki-laki yang tidak pernah tidak tersenyum padaku.
Seperti
aku merindukan laki-laki yang mau menerimaku karena apa yang ada di dalam diriku.
Seperti
itulah aku merindukanmu. Bedanya, empat laki-laki itu jelas sudah pergi dan
tidak akan pernah kembali. Namun kamu akan tetap ada meskipun aku lengah dan
pergi, kamu pasti hanya menungguku kembali. Lalu ketika aku terlalu bersemangat
dengan dunia luar, kamu pasti hanya menugguku kembali. Bahkan ketika aku nanti
melupakanmu, kamu pasti hanya menungguku kembali. But now, I’ll make sure that
I will never leave you, again. Remind me of this.
Aku
rindu.
Dan...
aku kembali padamu.